perihal ayah, aku dan ibu
tadi siang ketika melihat ayah duduk di meja makan.
tidak seperti ibu, yang selalu minta di pijit ketika pulang dari mana saja.
ayah keluar rumah setiap hari, tidak pernah sekalipun minta di pijit.
sering kali aku berpura pura meninju punggung ayah dengan alasan "gemes" padahal aku ingin memijit punggung nya yang lelah itu.
kekuatan tinjuku tak seberapa, tidak mungkinlah menyakiti ayahku..
siang ini aku bertingkah laku "gemes" lagi. tapi tidak meninju punggung ayah, kugenggam kedua lengan atas ayah dengan "gemes" berharap bisa mengurangi sedikit rasa lelahnya.
kemudian ayah bercanda "lanjut lagi kak, sekalian pundaknya"
tanganku yang jika dibandingkan dengan tangan gadis lain, maka akan terlihat sangat besar. namun ketika menggenggam lengan ayah, tanganku tetaplah jadi tangan gadis nya yang kecil. tak cukup lebar untuk menggenggam lengannya secara keseluruhan.
tenaga ku yang jika dibandingkan dengan tenaga gadis lain, maka dapat dinilai lebih kuat. namun ketika memijat pundak ayah, ayah bilang tidak terasa seperti dipijit.
sosialku menilai aku tidak cukup perempuan untuk menjadi perempuan. padahal ayah bilang aku anak perempuannya yang sangat perempuan.
bentuk jari jariku mirip sekali dengan jari jari ayah. namun sosialku bilang, "argh bukan seperti ini jari perempuan". tak mengapa, yang penting aku mirip ayah.
aku lanjutkan memijit pundak ayah dengan tenaga ku yang tak seberapa. tidak seperti ibu, ayah bilang "udah kak, udah cukup". kalau memijat ibu malah selalu aku yang bilang "udah ya bu.." terus ibu bilang "tidak terasa pun" hehe makanya aku jarang pijit ibu, itu tugas adik laki laki ku. karena kata ibu tenaga adik laki laki ku lebih kuat.
tidak, tidak. tidak bermaksud tidak sayang ibu. aku paling sayang ibu meskipun fisik ku mirip dengan ayah, tapi sifatku tidak jauh bedanya dengan ibu. caraku marah sama seperti ibu. hatiku yang perasa ini pun aku dapatkan dari ibu. kalau ada sosialku yang bilang "dasar el, baperan kali kau" hei jangan mengenyek sifat perasaku, ini aku dapatkan dari ibuku.
makanya kalau bagian mengurangi lelah fisik ibu, menjadi tugas adikku. sedangkan aku bagian mengurangi lelah mental ibu. karena perasaku sama seperti ibu, lebih bisa memahami apa yang dirasakannya tentang tetangga yang selalu menyalahkan, temannya yang curhat tentang keluarga mereka, hingga tentang ayah yang kadang membuat ibu jengkel. kesalnya ibu ke ayah selalu sampai ke aku, namun ketika mereka bersama rasanya cerita tentang rasa kesal ibu ke ayah terdengar seperti cerita bohong. mesra sekali mereka ketika duduk berdua di meja makan.
sudah ya ceritanya, aku dipanggil ke meja makan untuk melihat kemesraan mereka lagi. selamat makan malam, iya makan malamnya di jam sembilan heh :D
Komentar
Posting Komentar